Tongue tie atau yang dikenal secara medis sebagai ankyloglossia merupakan kondisi bawaan sejak lahir yang memengaruhi gerakan lidah bayi. Hal ini disebabkan oleh pendeknya frenulum, yaitu jaringan tipis yang menghubungkan bagian bawah lidah dengan dasar mulut. Meskipun tidak semua kasus tongue tie memerlukan tindakan medis, mengenali gejala dan kemungkinan dampaknya sangat penting bagi orang tua, terutama dalam hal menyusui dan perkembangan bicara anak.
Tongue tie terjadi ketika frenulum terlalu pendek atau terlalu kaku, sehingga membatasi gerakan lidah. Hal ini bisa menyebabkan bayi kesulitan menyusu, mengisap, atau bahkan bicara seiring pertumbuhannya. Kondisi ini sering kali baru terdeteksi saat bayi mengalami masalah dalam menyusu atau saat dokter melakukan pemeriksaan rutin pada bayi baru lahir.
Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebab utama tongue tie. Namun, para ahli menduga bahwa faktor genetik memainkan peran penting. Jika salah satu orang tua memiliki riwayat tongue tie, kemungkinan besar kondisi ini juga bisa diturunkan ke anaknya.
Tidak semua bayi dengan tongue tie menunjukkan gejala yang jelas. Namun, ada beberapa tanda yang patut diwaspadai oleh orang tua, terutama jika bayi tampak mengalami kesulitan saat menyusu.
Gejala-gejala ini bisa berdampak pada tumbuh kembang bayi jika dibiarkan tanpa penanganan yang tepat, terutama karena kurangnya asupan nutrisi dari ASI.
Tongue tie dibagi menjadi beberapa tingkat keparahan berdasarkan lokasi dan elastisitas frenulum. Klasifikasi ini membantu dokter menentukan apakah kondisi tersebut perlu penanganan medis atau cukup dimonitor saja.
Penanganan tongue tie tergantung pada tingkat keparahan dan dampak yang ditimbulkan pada aktivitas menyusu maupun tumbuh kembang bayi. Tidak semua kasus memerlukan tindakan medis langsung.
Jika tongue tie tidak menimbulkan gangguan menyusu dan tidak memengaruhi perkembangan, dokter biasanya menyarankan observasi terlebih dahulu. Banyak kasus ringan yang akan membaik seiring pertumbuhan anak, biasanya dalam rentang usia 6 bulan hingga 5 tahun.
Untuk kasus tongue tie yang cukup parah, terutama jika menyebabkan kesulitan menyusu atau ibu merasa nyeri saat menyusui, dokter dapat merekomendasikan prosedur frenotomi. Prosedur ini dilakukan dengan cara memotong jaringan frenulum menggunakan alat bedah steril, seperti gunting, pisau bedah, atau laser.
Prosesnya relatif cepat dan pada bayi, biasanya tidak memerlukan anestesi karena jaringan frenulum belum banyak mengandung pembuluh darah. Risiko komplikasi sangat rendah, namun tetap ada kemungkinan seperti perdarahan ringan atau infeksi kecil yang bisa ditangani dengan mudah.
Tongue tie yang tidak tertangani bisa menimbulkan dampak jangka panjang, terutama jika kondisinya cukup parah. Selain kesulitan menyusu, tongue tie juga dapat memengaruhi cara bicara, pengucapan huruf tertentu, dan proses makan ketika anak mulai mengonsumsi makanan padat. Dalam beberapa kasus, anak juga bisa mengalami masalah kesehatan mulut seperti karies gigi dan gangguan pengunyahan.
Jika orang tua mendapati bayi menunjukkan tanda-tanda tongue tie, terutama kesulitan menyusu, rewel setelah menyusu, atau berat badan tidak naik, sebaiknya segera konsultasi ke dokter anak. Pemeriksaan awal akan membantu menentukan apakah kondisi bayi memerlukan tindakan medis atau cukup diawasi saja.
Tongue tie pada bayi adalah kondisi bawaan yang dapat memengaruhi kualitas hidup jika tidak dikenali dan ditangani dengan tepat. Meskipun tidak semua kasus memerlukan tindakan medis, orang tua tetap perlu waspada terhadap gejalanya. Konsultasi dengan dokter anak sangat penting untuk memastikan langkah penanganan terbaik bagi si kecil.
Baca Juga: Terapi CAR T Cell: Harapan Baru untuk Pasien Kanker